Implementasi
bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman
peserta didik
di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini
MAKALAH
oleh :
MUSFIRAH 2108049024
PROGRAM
STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU VOKASI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr. wb
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Implementasi
bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah
dasar dalam menentukan karir sejak dini”.
Pada makalah ini, peneliti telah
rancang dan laksanakan dengan sungguh-sungguh, walaupun masih banyak terdapat
kekurangan. Peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan. Semoga hasil dari makalah yang penulis susun
ini memberikan banyak manfaat bagi pembaca, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kalabahi, 16 November 2022
Musfirah
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Menghadapi
era globalisasi dan tantangan dunia pekerjaan yang semakin kompetitif, mengarahkan
murid sedini mungkin mengenal karir merupakan upaya strategis dalam
mempersiapkan generasi yang tangguh.
Mungkin
ada pihak-pihak yang masih meragukan apa tidak terlalu dini memberikan
bimbingan karir di SD, namun dengan tahapan inilah justru karakteristik
perkembangan karir bagi murid SD dapat memberikan wawasan kepada kita semua,
bahwa dalam tahap perkembangan anak ada titik rawan yang dapat diintervensi
sacara efektif.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan berbagai permasalahan yang akan
dibahas, yaitu
1. Mengapa bimbingan karir di SD perlu
dilaksanakan?
2. Apa tujuan diadakan pelaksanaan bimbingan
karir di SD?
C.
Tujuan dan
Manfaat Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, penulis merumuskan berbagai permasalahan yang akan
dibahas, sebagai berikut:
1. Mengapa bimbingan karir di SD perlu
dilaksanakan?
2. Apa tujuan diadakan pelaksanaan bimbingan
karir di SD?
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Gambaran keadaan dan
Permasalahan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia
diawali dengan pendidikan agama yang diselenggarakan oleh tokoh agama Hindu,
Budha dan Islam. Mereka kemudian mengembangkan sistem pendidikan yang relatif 'terstruktur' dalam hal isi dan tingkatan.
Namun bentuk sistem pendidikan seperti sekolah baru dimulai pada abad ke-16.
Sekolah pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1536 oleh penguasa Portugis
di Maluku, Altonio Galvano, sebagai seminari bagi anak-anak pemimpin adat. VOC
mendirikan sekolah pertamanya di Ambon pada tahun 1607, disusul kemudian Pulau Banda (1622), Pulau Lontar (1923) dan Pulau Loen (1927), yang semuanya kaya akan rempah-rempah dan merupakan sasaran
asli Maluku. Sekolah-sekolah ini pada dasarnya bertujuan untuk menyebarkan
agama Kristen. Di luar daerah Ambon, VOC juga mendirikan sekolah di Jakarta (1617), yang menjadi
Sekolah Bataviaase pada tahun 1622. Burgerschool didirikan pada tahun 1630,
Sekolah Latijnse pada tahun 1642 dan Sekolah Cina
pada tahun 1737. Marine didirikan pada tahun 1743 tetapi ditutup kembali pada
tahun 1755.
Ketika kekuasaan VOC berakhir pada akhir
abad ke-18, pendirian sekolah-sekolah
oleh pemerintah Hindia Belanda
berdasarkan keturunan, bangsa dan
status sosial terus berlanjut. Sekolah pertama untuk anak-anak Eropa dibuka di
Jakarta pada tahun 1817, diikuti oleh yang lainnya. Namun, setelah lebih dari
dua abad berkuasa sejak era VOC, hingga tahun 1853 Belanda mendirikan sekolah
kejuruan, yaitu Sekolah Ambachts van
Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) untuk anak-anak India dan Belanda.
Sekolah serupa di Jakarta pada tahun 1856. Kedua sekolah tersebut dikelola oleh
swasta. Pada tahun 1860 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah
pertukangan untuk orang Eropa di Surabaya. Sampai saat itu, tidak ada sekolah
seperti itu untuk anak-anak Pribumi. Seiring dengan Akademi Maritim yang didirikan
pada tahun 1743, Sekolah pertukangan yang didirikan di Surabaya pada tahun 1853 merupakan sekolah kejuruan
pertama di Indonesia. Berdasarkan sekolah ini, sekolah kejuruan telah ada di
Indonesia sejak satu setengah abad yang lalu
1.
Masalah
dan tantangan yang dihadapi SMK
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA. SMK menyelenggarakan
pelatihan vokasi pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari
Realschule atau yang sederajat. Tidak seperti SMA, SMK mempelajari materi dan
banyak melakukan praktik. SMK merupakan salah satu bentuk pendidikan menengah
yang secara khusus mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang
terampil dan siap memasuki masyarakat luas. Pendidikan kejuruan adalah
pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk
bekerja di bidang karir tertentu seperti
teknik, katering, layanan mode, perhotelan, perdagangan dan manajemen
kantor.
. SMK adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan. Lulusan SMK diharapkan bekerja sesuai dengan pola sasaran mempraktekkan
kecakapan hidup yang relevan dengan keberhasilan lulusan
2.
Program-program
peningkatan kualitas SMK
Adapun poin penting langkah atau
program peningkatan mutu dan kompetensi SMK pada tahun 2016 adalah sebagai
berikut :
1. Pertama
: Melakukan revitalisasi dan harmonisasi program keahlian yang ada di SMK. Para
lulusan SMK yang kedapatan terlambat medapatkan pekerjaan , bukan karena tidak
memunyai skill atau keahlian namun bisa jadi karena sesuai dengan apa yang
diharapkan. “Sebab itu, Direktorat Pembinaan SMK di bawah koordinasi Pak Dirjen
Dikdasmen Kemdikbud melakukan sinkronisasi dan harmonisasi ,”ujarnya.
2. Kedua :
Direktorat Pembinaan SMK memfasilitasi SMK yang besar maupun ynag sedang.
Mereka diberikan dukungan fasilitas ruang, alat, dan juga yang lain agar daya
tampungnya bisa meningkat.
3. Ketiga
: Mengajak masyarakat ikut serta sebagai bagian dari gerakan pelibatan
masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan peningkatan layanan SMK dari sisi
akses.
4. Keempat
: Memberikan prioritas khusus pada program keahlian yang dirasa sangat
mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat, yaitu bidang pariwisata, bidang
pertanian dan kemaritiman.
B.
Bimbingan
Karir di Sekolah Dasar
Perkembangan
karir anak usia SD menurut Ginzberg
Teori perkembangan karir Ginzberg pertama kali dikembangkan
pada tahun 1951 kemudian teori ini di revisi pada tahun 1970 yang hasilnya
sebagai berikut. Pertama, proses pilihan karir berlangsung terus sepanjang
kehidupan. Kedua, adanya pembatasan pilihan karir pada irreversibilitas tidak
mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan. Ketiga, kompromi bukan
hanya sekali saja, tetapi bisa jadi terjadi seumur hidup dalam rangka optimasi
karir.
Menurut
Ginzberg (Yost & Corbishley, 1987 : 6) proses pemilihan karir mencakup tiga
tahapan perkembangan, yaitu tahap fantasi, tentatif, dan realistik. Tahap
fantasi terjadi sejak awal kehidupan sampai sekitar usia 11 tahunan. Tahap ini
ditandai oleh minat karir yang tidak realistis. Pilihan karir lebih didasarkan
hanya kepada kesan atau hayalan belaka. Misalnya, anak umur lima tahun ingin
menjadi dokter karena umumnya dokter bermobil dan berpenghasilan banyak dari
praktek swastanya. Anak seolah percaya bahwa dia bisa jadi apa saja dan ini
berdasarkan kesan yang diperolehnya dari orang disekitarnya atau lingkungan
kerja tertentu.
Tahap
tentatif umumnya terjadi pada usia 11-18 tahunan. Pada masa ini individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya.
Proses orientasi ini mencakup pemanduan orientasi minat, kapasitas, dan
orientasi nilai.
Tahap
realistik, umumnya terjadi pada usia 18 tahun keatas. Pada tahap ini individu
sudah memilih karir tertentu yang akan digelutinya. Misalnya, jika individu
memilih karier dalam bidang pendidikan maka ia mengkhususkan diri untuk
menekuni bidang pekerjaan kependidikan seperti pustakawan atau guru bidang
studi.
Berdasarkan teori perkembangan karir Ginzberg, anak usia SD berada pada tahap
fantasi menuju tahap tentatif. Pilihan karir mereka merupakan khayalan yang
terkadang tidak realistis.
Lalu berangsur-angsur menuju tahap tentatif yang mana pilihan karir khayalannya
disesuaikan dengan kesenangan, ketertarikan atau minat. Bahkan sebagian anak
usia SD sudah mulai mempertimbangkan aspek kemampuan dalam menentukan pilihan
karir masa depannya.
Sementara itu mereka masih terbelenggu oleh proses imitatifnya, yakni anak usia
SD cenderung meniru apa yang ditampilkan orang sekitarnya yang dipandang
bermakna baginya. Oleh sebab itu dalam kerangka pengembangan karirnya, kepada
mereka perlu diperlihatkan figur-figur orang yang berhasil dalam bidang
tertentu. Sembari itu anak usia SD perlu dibekali dengan kemampuan memahami
keunggulan dan kelemahan dirinya.
2. Perkembangan karir anak usia SD menurut Super Teori
perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 123) disebut dengan istilah pelangi
perkembangan karir sepanjang hayat. Ada dua konsep utama yang perlu dipahami dari
pelangi perkembangan karir sepanjang hayat karya Super ini, yaitu peran
kehidupan (roles) dan tahapan perkembangan karier (Development stages). Super
(Sharf, 1992 : 122) mendeskripsikan enam peran kehidupan yaitu peran individu
sebagai (1) Child, (2) Student, (3) Leisurite, (4) Citizen, (5) Worker, (6)
Homemaker.
Menurut Super (Sharf, 1992 : 122), pada masa anak sebagai Child, Student, dan
Leisurite merupakan peran yang sangat penting. Sedangkan pada masa remaja peran
utama yang dianggap penting ialah sebagai Citizen dan Worker. Tetapi peran
sebagai Worker masih terbatas, karena peran ini menjadi peran utama masa
dewasa.
Dalam mengembangkan teori tentang tahapan perkembangan karir, Super (Sharf,
1992 : 124) mengemukakan lima tahapan perkembangan, yaitu tahap (1) pertumbuhan
(growth), (2) eksplorasi (exploration), (3) penentuan (establiahment), (4)
pemeliharaan (maintenance), dan (5) tahap penurunan (disengagement). Kelima
tahapan tersebut terbagi atas sub-sub tahapan
Tahapan pertumbuhan (gowth) karir terjadi pada usia antara 0-14 tahunan. Tahap
ini terdiri atas empat sub tahapan perkembangan, yaitu sub tahapan
berkembangnya keingintahuan (curiosity), fantasi (fantasies), minat
(interests), dan berkembangnya kemampuan (capacities) karir.
Keingintahuan anak pada usia 0-4 tahunan terhadap jenis-jenis karir merupakan
awal perkembangan karir individu. Misalnya, anak yang melihat dokter sedang
memeriksa pasiennya, jika ia tertarik oleh dunia kedokteran yang dilihatnya
maka ia akan terdorong untuk mencari tahu tentang kedokteran. Jadi
keingintahuan merupakan dorongan dasar (drive) atau kebutuhan (needs) sedangkan
eksplorasi merupakan perilaku (action).
Sub tahapan fantasi terjadi pada usia 4-7 tahun di mana anak mulai
mengembangkan fantasi karirnya. Misalnya, anak bermain dokter-dokteran
seolah-olah ia sebagai dokter yang sebenarnya. Sub fantasi yang ketiga ditandai
dengan munculnya minat anak terhadap karir tertentu, yang terjadi antara usia
7-11 tahun. Misalnya anak yang berminat menjadi pesepak bola profesional ia
mulai menekuni dan menikmati aktivitas-aktivitas persepakbolaan. Tetapi pada
tahap ini mereka belum mempertimbangkan faktor-faktor penghambat karir yang
diminatinya itu. Sub tahapan keempat ialah berkembangnya kemampuan yang menjadi
dasar terbentuknya kecakapan pada karir tertentu. Umumnya, sub tahapan ini
terjadi diantara usia 11-14 tahun.
Tahap ekslorasi (eksploration) karir terjadi pada usia antara 18-15 tahunan.
Tahap ini mencakup upaya-upaya individu dalam memperoleh suatu ide yang lebih
baik tentang informasi pekerjaan, memilih alternatif-aternatif karir, mengambil
keputusan karir, dan mulai bekerja (Super dalam Sharf, 1992 : 180)
Tahapan ini terjadi atas tiga sub tahapan, yaitu kristalisasi (crystallizing),
spesifikasi (specifying), dan implementasi (implementing) karir.
Tahap penentu (establisment) karir terjadi pada usia antara 30-45 tahun. Tahap
pemeliharaan (maintenance), karir terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Tahap
penurunan (disengagement) karir pada umumnya terjadi dimulai usia 65 tahun keatas.
3. Karier anak usia SD menurut teori ciri dan faktor Teori
ciri dan faktor dikembangkan Frank Parson pada tahun 1909.
Dalam
pandangan Parson, istilah ciri mengacu kepada suatu karakteristik individu yang
dapat di ukur melalui tes. Istilah faktor mengacu pada dua hal. Pertama,
mengacu kepada suatu karakteristik yang dipersyaratkan untuk berhasil dalam
penampilan kerja. Kedua, mengacu kepada suatu pendekatan statistik yang
digunakan untuk membedakan karakteristik penting suatu kelompok orang. Dengan
demikian istilah ciri dan faktor mengacu kepada asesmen terhadap
karakteristik-karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992 : 17).
Menurut teori ini anak SD telah memunculkan ciri dan faktor yang dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan karir. Untuk pengembangan karir
pada anak usia SD, Parson (Sharf, 1992 : 18-34) mengemukakan dua langka
pengambilan keputusan karir.
Pertama, perolehan pemahaman diri ialah pemahaman secara jelas tentang sikap,
prestasi, kemampuan, minat, amibisi, sumber keterbatasan dan
penyebab-penyebabnya, nilai-nilai, dan kepribadian. Sejak dini anak usia SD
dibimbing untuk memahami kesemuanya itu. Misalnya, anak usia SD sudah mulai
diajak mendiskusikan kelebihan dan kekurangan diri sendiri dilihat dari
prestasi belajarnya, diajak mendiskusikan minat-minatnya, dan mendiskusikan
berbagai hal yang terkait dengan cirri-ciri dirinya. Kedua, memperoleh
pengetahuan tentang dunia kerja yang mencakup pengetahuan tentang informasi
tipe lapangan kerja seperti kondisi dan upah kerja, sistem klasifikasi kerja,
serta ciri dan faktor yang dipersyaratkan suatu pekerjaan. Dalam memfasilitasi
perkembangan karier anak usia SD orang tua atau guru hendaknya mengenalkan
semua bidang karir yang ada, terutama yang dekat dengan lingkungan anak.
C. Orientasi Karir Bagi Anak Usia SD
Orientasi
karir yang dimaksud ialah readiness of individuals to make good choices, yang
berarti kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat (Super
dalam Sharf, 1992 : 155). Model ini didasari oleh asumsi bahwa
keputusan-keputusan tentang karir terjadi pada semua rentangan kehidupan. Pada
masa usia SD sekalipun anak dihadapkan pada berbagai keputusan tentang karir.
Misalnya, anak dituntut mampu untuk menentukan pilihan lanjutan setelah lulus
SD. Keputusan melanjutkan ke SMP atau Tsanawiyah merupakan salah satu
pengambilan keputusan karir.
Menurut
Super (Sharf, 1992 : 156) kesiapan individu untuk membuat keputusan karir yang
tepat terakumulasi pada orientasi karir secara total. Orientasi karir ini terdiri
atas tiga dimensi, yaitu:
1. Sikap
terhadap karir, mencakup perencanaan karir seperti rencana lanjutan sekolah dan
eksplorasi karir seperti lebih banyak mengetahui sekolah-sekolah lanjutan yang
diminati anak.
2. Keterampilan pembuatan keputusan karir, mencakup kemampuan menggunakan
pengetahuan dan kemampuan menggunakan pemikiran dalam mebuat keputusan karir.
3. Informasi dunia kerja, mencakup informasi tentang pekerjaan
tertentu dan informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiamin, Amin. Hafidz Dedi. Daim. (2006).
Perkembangan Peserta Didik, Bandung: UPI Press.http
://zhuldyn.wordpress.com/perkembangan-peserta-didik/perkembangan-karir-anak-sd/
Setiawan, Y. (2015). Mengenal Sejarag Pendidikan Kejuruan di Indonesia.
1.
Tirtarahardja, U. d. (2005). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.