Rabu, 16 November 2022

Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini

 

 

Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman

peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini

 

 

MAKALAH

 

 


 

 

 

 

 

 oleh :

 

MUSFIRAH                                2108049024

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU VOKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2022

KATA PENGANTAR

 

 

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah dengan judul Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini”.

            Pada makalah ini, peneliti telah rancang dan laksanakan dengan sungguh-sungguh, walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah  ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan. Semoga hasil dari makalah yang penulis susun ini memberikan banyak manfaat bagi pembaca, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

 

Kalabahi, 16 November 2022

  

                        Musfirah

 

 

 


 BAB I PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang Masalah

            Menghadapi era globalisasi dan tantangan dunia pekerjaan yang semakin kompetitif, mengarahkan murid sedini mungkin mengenal karir merupakan upaya strategis dalam mempersiapkan generasi yang tangguh.

           Mungkin ada pihak-pihak yang masih meragukan apa tidak terlalu dini memberikan bimbingan karir di SD, namun dengan tahapan inilah justru karakteristik perkembangan karir bagi murid SD dapat memberikan wawasan kepada kita semua, bahwa dalam tahap perkembangan anak ada titik rawan yang dapat diintervensi sacara efektif.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan berbagai permasalahan yang akan dibahas, yaitu

1.    Mengapa bimbingan karir di SD perlu dilaksanakan?

2.    Apa tujuan diadakan pelaksanaan bimbingan karir di SD?

C.     Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan berbagai permasalahan yang akan dibahas, sebagai berikut:

1.    Mengapa bimbingan karir di SD perlu dilaksanakan?

2.    Apa tujuan diadakan pelaksanaan bimbingan karir di SD?


BAB II KAJIAN PUSTAKA

 

A.  Gambaran keadaan dan Permasalahan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia

      Pendidikan di Indonesia diawali dengan pendidikan agama yang diselenggarakan oleh tokoh agama Hindu, Budha dan Islam. Mereka kemudian mengembangkan sistem pendidikan yang relatif  'terstruktur' dalam hal isi dan tingkatan. Namun bentuk sistem pendidikan seperti sekolah baru dimulai pada abad ke-16. Sekolah pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1536 oleh penguasa Portugis di Maluku, Altonio Galvano, sebagai seminari bagi anak-anak pemimpin adat. VOC mendirikan sekolah pertamanya di Ambon pada tahun 1607, disusul kemudian  Pulau Banda (1622), Pulau Lontar (1923) dan  Pulau Loen (1927), yang semuanya  kaya akan rempah-rempah dan merupakan sasaran asli Maluku. Sekolah-sekolah ini pada dasarnya bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen. Di luar daerah Ambon, VOC juga mendirikan  sekolah di Jakarta (1617), yang menjadi Sekolah Bataviaase pada tahun 1622. Burgerschool didirikan pada tahun 1630, Sekolah Latijnse pada tahun 1642 dan Sekolah Cina

 pada tahun 1737. Marine didirikan  pada tahun 1743 tetapi ditutup kembali pada tahun 1755.

      Ketika kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke-18, pendirian sekolah-sekolah  oleh pemerintah Hindia Belanda  berdasarkan  keturunan, bangsa dan status sosial terus berlanjut. Sekolah pertama untuk anak-anak Eropa dibuka di Jakarta pada tahun 1817, diikuti oleh yang lainnya. Namun, setelah lebih dari dua abad berkuasa sejak era VOC, hingga tahun 1853 Belanda mendirikan sekolah kejuruan, yaitu Sekolah Ambachts  van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) untuk anak-anak India dan Belanda. Sekolah serupa di Jakarta pada tahun 1856. Kedua sekolah tersebut dikelola oleh swasta. Pada tahun 1860 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah pertukangan untuk orang Eropa di Surabaya. Sampai saat itu, tidak ada sekolah seperti itu untuk anak-anak Pribumi. Seiring dengan Akademi Maritim yang didirikan pada tahun 1743, Sekolah pertukangan yang didirikan di Surabaya  pada tahun 1853 merupakan sekolah kejuruan pertama di Indonesia. Berdasarkan sekolah ini, sekolah kejuruan telah ada di Indonesia sejak satu setengah abad yang lalu (Setiawan, 2015).

1.      Masalah dan tantangan yang dihadapi SMK

     Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA. SMK menyelenggarakan pelatihan vokasi pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Realschule atau yang sederajat. Tidak seperti SMA, SMK mempelajari materi dan banyak melakukan praktik. SMK merupakan salah satu bentuk pendidikan menengah yang secara khusus mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan siap memasuki masyarakat luas. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk  bekerja di bidang karir tertentu seperti  teknik, katering, layanan mode, perhotelan, perdagangan dan manajemen kantor.

         (Undang-Undang, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk  bekerja pada bidang tertentu.

.    SMK adalah  lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Lulusan SMK diharapkan bekerja sesuai dengan pola sasaran mempraktekkan kecakapan hidup yang relevan dengan keberhasilan lulusan (Tirtarahardja, 2005).

2.      Program-program peningkatan kualitas SMK

      Adapun poin penting  langkah atau program peningkatan mutu dan kompetensi SMK pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1.      Pertama : Melakukan revitalisasi dan harmonisasi program keahlian yang ada di SMK. Para lulusan SMK yang kedapatan terlambat medapatkan pekerjaan , bukan karena tidak memunyai skill atau keahlian namun bisa jadi karena sesuai dengan apa yang diharapkan. “Sebab itu, Direktorat Pembinaan SMK di bawah koordinasi Pak Dirjen Dikdasmen Kemdikbud melakukan sinkronisasi dan harmonisasi ,”ujarnya.

2.      Kedua : Direktorat Pembinaan SMK memfasilitasi SMK yang besar maupun ynag sedang. Mereka diberikan dukungan fasilitas ruang, alat, dan juga yang lain agar daya tampungnya bisa meningkat.

3.      Ketiga : Mengajak masyarakat ikut serta sebagai bagian dari gerakan pelibatan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan peningkatan layanan SMK dari sisi akses.

4.      Keempat : Memberikan prioritas khusus pada program keahlian yang dirasa sangat mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat, yaitu bidang pariwisata, bidang pertanian dan kemaritiman.

     

B.     Bimbingan Karir di Sekolah Dasar

 Perkembangan karir anak usia SD menurut Ginzberg
    Teori perkembangan karir Ginzberg pertama kali dikembangkan pada tahun 1951 kemudian teori ini di revisi pada tahun 1970 yang hasilnya sebagai berikut. Pertama, proses pilihan karir berlangsung terus sepanjang kehidupan. Kedua, adanya pembatasan pilihan karir pada irreversibilitas tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan. Ketiga, kompromi bukan hanya sekali saja, tetapi bisa jadi terjadi seumur hidup dalam rangka optimasi karir.

Menurut Ginzberg (Yost & Corbishley, 1987 : 6) proses pemilihan karir mencakup tiga tahapan perkembangan, yaitu tahap fantasi, tentatif, dan realistik. Tahap fantasi terjadi sejak awal kehidupan sampai sekitar usia 11 tahunan. Tahap ini ditandai oleh minat karir yang tidak realistis. Pilihan karir lebih didasarkan hanya kepada kesan atau hayalan belaka. Misalnya, anak umur lima tahun ingin menjadi dokter karena umumnya dokter bermobil dan berpenghasilan banyak dari praktek swastanya. Anak seolah percaya bahwa dia bisa jadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya dari orang disekitarnya atau lingkungan kerja tertentu.

Tahap tentatif umumnya terjadi pada usia 11-18 tahunan. Pada masa ini individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya. Proses orientasi ini mencakup pemanduan orientasi minat, kapasitas, dan orientasi nilai.
            Tahap realistik, umumnya terjadi pada usia 18 tahun keatas. Pada tahap ini individu sudah memilih karir tertentu yang akan digelutinya. Misalnya, jika individu memilih karier dalam bidang pendidikan maka ia mengkhususkan diri untuk menekuni bidang pekerjaan kependidikan seperti pustakawan atau guru bidang studi.  
Berdasarkan teori perkembangan karir Ginzberg, anak usia SD berada pada tahap fantasi menuju tahap tentatif. Pilihan karir mereka merupakan khayalan yang terkadang tidak realistis.
Lalu berangsur-angsur menuju tahap tentatif yang mana pilihan karir khayalannya disesuaikan dengan kesenangan, ketertarikan atau minat. Bahkan sebagian anak usia SD sudah mulai mempertimbangkan aspek kemampuan dalam menentukan pilihan karir masa depannya.
Sementara itu mereka masih terbelenggu oleh proses imitatifnya, yakni anak usia SD cenderung meniru apa yang ditampilkan orang sekitarnya yang dipandang bermakna baginya. Oleh sebab itu dalam kerangka pengembangan karirnya, kepada mereka perlu diperlihatkan figur-figur orang yang berhasil dalam bidang tertentu. Sembari itu anak usia SD perlu dibekali dengan kemampuan memahami keunggulan dan kelemahan dirinya.


2.   Perkembangan karir anak usia SD menurut Super Teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 123) disebut dengan istilah pelangi perkembangan karir sepanjang hayat. Ada dua konsep utama yang perlu dipahami dari pelangi perkembangan karir sepanjang hayat karya Super ini, yaitu peran kehidupan (roles) dan tahapan perkembangan karier (Development stages). Super (Sharf, 1992 : 122) mendeskripsikan enam peran kehidupan yaitu peran individu sebagai (1) Child, (2) Student, (3) Leisurite, (4) Citizen, (5) Worker, (6) Homemaker.
Menurut Super (Sharf, 1992 : 122), pada masa anak sebagai Child, Student, dan Leisurite merupakan peran yang sangat penting. Sedangkan pada masa remaja peran utama yang dianggap penting ialah sebagai Citizen dan Worker. Tetapi peran sebagai Worker masih terbatas, karena peran ini menjadi peran utama masa dewasa.
Dalam mengembangkan teori tentang tahapan perkembangan karir, Super (Sharf, 1992 : 124) mengemukakan lima tahapan perkembangan, yaitu tahap (1) pertumbuhan (growth), (2) eksplorasi (exploration), (3) penentuan (establiahment), (4) pemeliharaan (maintenance), dan (5) tahap penurunan (disengagement). Kelima tahapan tersebut terbagi atas sub-sub tahapan
Tahapan pertumbuhan (gowth) karir terjadi pada usia antara 0-14 tahunan. Tahap ini terdiri atas empat sub tahapan perkembangan, yaitu sub tahapan berkembangnya keingintahuan (curiosity), fantasi (fantasies), minat (interests), dan berkembangnya kemampuan (capacities) karir.
Keingintahuan anak pada usia 0-4 tahunan terhadap jenis-jenis karir merupakan awal perkembangan karir individu. Misalnya, anak yang melihat dokter sedang memeriksa pasiennya, jika ia tertarik oleh dunia kedokteran yang dilihatnya maka ia akan terdorong untuk mencari tahu tentang kedokteran. Jadi keingintahuan merupakan dorongan dasar (drive) atau kebutuhan (needs) sedangkan eksplorasi merupakan perilaku (action).
Sub tahapan fantasi terjadi pada usia 4-7 tahun di mana anak mulai mengembangkan fantasi karirnya. Misalnya, anak bermain dokter-dokteran seolah-olah ia sebagai dokter yang sebenarnya. Sub fantasi yang ketiga ditandai dengan munculnya minat anak terhadap karir tertentu, yang terjadi antara usia 7-11 tahun. Misalnya anak yang berminat menjadi pesepak bola profesional ia mulai menekuni dan menikmati aktivitas-aktivitas persepakbolaan. Tetapi pada tahap ini mereka belum mempertimbangkan faktor-faktor penghambat karir yang diminatinya itu. Sub tahapan keempat ialah berkembangnya kemampuan yang menjadi dasar terbentuknya kecakapan pada karir tertentu. Umumnya, sub tahapan ini terjadi diantara usia 11-14 tahun.
Tahap ekslorasi (eksploration) karir terjadi pada usia antara 18-15 tahunan. Tahap ini mencakup upaya-upaya individu dalam memperoleh suatu ide yang lebih baik tentang informasi pekerjaan, memilih alternatif-aternatif karir, mengambil keputusan karir, dan mulai bekerja (Super dalam Sharf, 1992 : 180)
Tahapan ini terjadi atas tiga sub tahapan, yaitu kristalisasi (crystallizing), spesifikasi (specifying), dan implementasi (implementing) karir.
Tahap penentu (establisment) karir terjadi pada usia antara 30-45 tahun. Tahap pemeliharaan (maintenance), karir terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Tahap penurunan (disengagement) karir pada umumnya terjadi dimulai usia 65 tahun keatas.


3.   Karier anak usia SD menurut teori ciri dan faktor Teori ciri dan faktor dikembangkan Frank Parson pada tahun 1909.

Dalam pandangan Parson, istilah ciri mengacu kepada suatu karakteristik individu yang dapat di ukur melalui tes. Istilah faktor mengacu pada dua hal. Pertama, mengacu kepada suatu karakteristik yang dipersyaratkan untuk berhasil dalam penampilan kerja. Kedua, mengacu kepada suatu pendekatan statistik yang digunakan untuk membedakan karakteristik penting suatu kelompok orang. Dengan demikian istilah ciri dan faktor mengacu kepada asesmen terhadap karakteristik-karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992 : 17).
Menurut teori ini anak SD telah memunculkan ciri dan faktor yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan karir. Untuk pengembangan karir pada anak usia SD, Parson (Sharf, 1992 : 18-34) mengemukakan dua langka pengambilan keputusan karir.
Pertama, perolehan pemahaman diri ialah pemahaman secara jelas tentang sikap, prestasi, kemampuan, minat, amibisi, sumber keterbatasan dan penyebab-penyebabnya, nilai-nilai, dan kepribadian. Sejak dini anak usia SD dibimbing untuk memahami kesemuanya itu. Misalnya, anak usia SD sudah mulai diajak mendiskusikan kelebihan dan kekurangan diri sendiri dilihat dari prestasi belajarnya, diajak mendiskusikan minat-minatnya, dan mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan cirri-ciri dirinya. Kedua, memperoleh pengetahuan tentang dunia kerja yang mencakup pengetahuan tentang informasi tipe lapangan kerja seperti kondisi dan upah kerja, sistem klasifikasi kerja, serta ciri dan faktor yang dipersyaratkan suatu pekerjaan. Dalam memfasilitasi perkembangan karier anak usia SD orang tua atau guru hendaknya mengenalkan semua bidang karir yang ada, terutama yang dekat dengan lingkungan anak.

C. Orientasi Karir Bagi Anak Usia SD

Orientasi karir yang dimaksud ialah readiness of individuals to make good choices, yang berarti kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat (Super dalam Sharf, 1992 : 155). Model ini didasari oleh asumsi bahwa keputusan-keputusan tentang karir terjadi pada semua rentangan kehidupan. Pada masa usia SD sekalipun anak dihadapkan pada berbagai keputusan tentang karir. Misalnya, anak dituntut mampu untuk menentukan pilihan lanjutan setelah lulus SD. Keputusan melanjutkan ke SMP atau Tsanawiyah merupakan salah satu pengambilan keputusan karir.

Menurut Super (Sharf, 1992 : 156) kesiapan individu untuk membuat keputusan karir yang tepat terakumulasi pada orientasi karir secara total. Orientasi karir ini terdiri atas tiga dimensi, yaitu:

1.  Sikap terhadap karir, mencakup perencanaan karir seperti rencana lanjutan sekolah dan eksplorasi karir seperti lebih banyak mengetahui sekolah-sekolah lanjutan yang diminati anak.
2.  Keterampilan pembuatan keputusan karir, mencakup kemampuan menggunakan pengetahuan dan kemampuan menggunakan pemikiran dalam mebuat keputusan karir.
3.   Informasi dunia kerja, mencakup informasi tentang pekerjaan tertentu dan informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya.


DAFTAR PUSTAKA

 

Budiamin, Amin. Hafidz Dedi. Daim. (2006). Perkembangan Peserta Didik, Bandung: UPI Press.http ://zhuldyn.wordpress.com/perkembangan-peserta-didik/perkembangan-karir-anak-sd/

Setiawan, Y. (2015). Mengenal Sejarag Pendidikan Kejuruan di Indonesia. 1.

 

Tirtarahardja, U. d. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

 

 

 

 

Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini

    Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini...