Rabu, 16 November 2022

Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini

 

 

Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman

peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini

 

 

MAKALAH

 

 


 

 

 

 

 

 oleh :

 

MUSFIRAH                                2108049024

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU VOKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2022

KATA PENGANTAR

 

 

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah dengan judul Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini”.

            Pada makalah ini, peneliti telah rancang dan laksanakan dengan sungguh-sungguh, walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah  ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan. Semoga hasil dari makalah yang penulis susun ini memberikan banyak manfaat bagi pembaca, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

 

Kalabahi, 16 November 2022

  

                        Musfirah

 

 

 


 BAB I PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang Masalah

            Menghadapi era globalisasi dan tantangan dunia pekerjaan yang semakin kompetitif, mengarahkan murid sedini mungkin mengenal karir merupakan upaya strategis dalam mempersiapkan generasi yang tangguh.

           Mungkin ada pihak-pihak yang masih meragukan apa tidak terlalu dini memberikan bimbingan karir di SD, namun dengan tahapan inilah justru karakteristik perkembangan karir bagi murid SD dapat memberikan wawasan kepada kita semua, bahwa dalam tahap perkembangan anak ada titik rawan yang dapat diintervensi sacara efektif.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan berbagai permasalahan yang akan dibahas, yaitu

1.    Mengapa bimbingan karir di SD perlu dilaksanakan?

2.    Apa tujuan diadakan pelaksanaan bimbingan karir di SD?

C.     Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan berbagai permasalahan yang akan dibahas, sebagai berikut:

1.    Mengapa bimbingan karir di SD perlu dilaksanakan?

2.    Apa tujuan diadakan pelaksanaan bimbingan karir di SD?


BAB II KAJIAN PUSTAKA

 

A.  Gambaran keadaan dan Permasalahan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia

      Pendidikan di Indonesia diawali dengan pendidikan agama yang diselenggarakan oleh tokoh agama Hindu, Budha dan Islam. Mereka kemudian mengembangkan sistem pendidikan yang relatif  'terstruktur' dalam hal isi dan tingkatan. Namun bentuk sistem pendidikan seperti sekolah baru dimulai pada abad ke-16. Sekolah pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1536 oleh penguasa Portugis di Maluku, Altonio Galvano, sebagai seminari bagi anak-anak pemimpin adat. VOC mendirikan sekolah pertamanya di Ambon pada tahun 1607, disusul kemudian  Pulau Banda (1622), Pulau Lontar (1923) dan  Pulau Loen (1927), yang semuanya  kaya akan rempah-rempah dan merupakan sasaran asli Maluku. Sekolah-sekolah ini pada dasarnya bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen. Di luar daerah Ambon, VOC juga mendirikan  sekolah di Jakarta (1617), yang menjadi Sekolah Bataviaase pada tahun 1622. Burgerschool didirikan pada tahun 1630, Sekolah Latijnse pada tahun 1642 dan Sekolah Cina

 pada tahun 1737. Marine didirikan  pada tahun 1743 tetapi ditutup kembali pada tahun 1755.

      Ketika kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke-18, pendirian sekolah-sekolah  oleh pemerintah Hindia Belanda  berdasarkan  keturunan, bangsa dan status sosial terus berlanjut. Sekolah pertama untuk anak-anak Eropa dibuka di Jakarta pada tahun 1817, diikuti oleh yang lainnya. Namun, setelah lebih dari dua abad berkuasa sejak era VOC, hingga tahun 1853 Belanda mendirikan sekolah kejuruan, yaitu Sekolah Ambachts  van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) untuk anak-anak India dan Belanda. Sekolah serupa di Jakarta pada tahun 1856. Kedua sekolah tersebut dikelola oleh swasta. Pada tahun 1860 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah pertukangan untuk orang Eropa di Surabaya. Sampai saat itu, tidak ada sekolah seperti itu untuk anak-anak Pribumi. Seiring dengan Akademi Maritim yang didirikan pada tahun 1743, Sekolah pertukangan yang didirikan di Surabaya  pada tahun 1853 merupakan sekolah kejuruan pertama di Indonesia. Berdasarkan sekolah ini, sekolah kejuruan telah ada di Indonesia sejak satu setengah abad yang lalu (Setiawan, 2015).

1.      Masalah dan tantangan yang dihadapi SMK

     Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA. SMK menyelenggarakan pelatihan vokasi pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Realschule atau yang sederajat. Tidak seperti SMA, SMK mempelajari materi dan banyak melakukan praktik. SMK merupakan salah satu bentuk pendidikan menengah yang secara khusus mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan siap memasuki masyarakat luas. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk  bekerja di bidang karir tertentu seperti  teknik, katering, layanan mode, perhotelan, perdagangan dan manajemen kantor.

         (Undang-Undang, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk  bekerja pada bidang tertentu.

.    SMK adalah  lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Lulusan SMK diharapkan bekerja sesuai dengan pola sasaran mempraktekkan kecakapan hidup yang relevan dengan keberhasilan lulusan (Tirtarahardja, 2005).

2.      Program-program peningkatan kualitas SMK

      Adapun poin penting  langkah atau program peningkatan mutu dan kompetensi SMK pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1.      Pertama : Melakukan revitalisasi dan harmonisasi program keahlian yang ada di SMK. Para lulusan SMK yang kedapatan terlambat medapatkan pekerjaan , bukan karena tidak memunyai skill atau keahlian namun bisa jadi karena sesuai dengan apa yang diharapkan. “Sebab itu, Direktorat Pembinaan SMK di bawah koordinasi Pak Dirjen Dikdasmen Kemdikbud melakukan sinkronisasi dan harmonisasi ,”ujarnya.

2.      Kedua : Direktorat Pembinaan SMK memfasilitasi SMK yang besar maupun ynag sedang. Mereka diberikan dukungan fasilitas ruang, alat, dan juga yang lain agar daya tampungnya bisa meningkat.

3.      Ketiga : Mengajak masyarakat ikut serta sebagai bagian dari gerakan pelibatan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan peningkatan layanan SMK dari sisi akses.

4.      Keempat : Memberikan prioritas khusus pada program keahlian yang dirasa sangat mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat, yaitu bidang pariwisata, bidang pertanian dan kemaritiman.

     

B.     Bimbingan Karir di Sekolah Dasar

 Perkembangan karir anak usia SD menurut Ginzberg
    Teori perkembangan karir Ginzberg pertama kali dikembangkan pada tahun 1951 kemudian teori ini di revisi pada tahun 1970 yang hasilnya sebagai berikut. Pertama, proses pilihan karir berlangsung terus sepanjang kehidupan. Kedua, adanya pembatasan pilihan karir pada irreversibilitas tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan. Ketiga, kompromi bukan hanya sekali saja, tetapi bisa jadi terjadi seumur hidup dalam rangka optimasi karir.

Menurut Ginzberg (Yost & Corbishley, 1987 : 6) proses pemilihan karir mencakup tiga tahapan perkembangan, yaitu tahap fantasi, tentatif, dan realistik. Tahap fantasi terjadi sejak awal kehidupan sampai sekitar usia 11 tahunan. Tahap ini ditandai oleh minat karir yang tidak realistis. Pilihan karir lebih didasarkan hanya kepada kesan atau hayalan belaka. Misalnya, anak umur lima tahun ingin menjadi dokter karena umumnya dokter bermobil dan berpenghasilan banyak dari praktek swastanya. Anak seolah percaya bahwa dia bisa jadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya dari orang disekitarnya atau lingkungan kerja tertentu.

Tahap tentatif umumnya terjadi pada usia 11-18 tahunan. Pada masa ini individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya. Proses orientasi ini mencakup pemanduan orientasi minat, kapasitas, dan orientasi nilai.
            Tahap realistik, umumnya terjadi pada usia 18 tahun keatas. Pada tahap ini individu sudah memilih karir tertentu yang akan digelutinya. Misalnya, jika individu memilih karier dalam bidang pendidikan maka ia mengkhususkan diri untuk menekuni bidang pekerjaan kependidikan seperti pustakawan atau guru bidang studi.  
Berdasarkan teori perkembangan karir Ginzberg, anak usia SD berada pada tahap fantasi menuju tahap tentatif. Pilihan karir mereka merupakan khayalan yang terkadang tidak realistis.
Lalu berangsur-angsur menuju tahap tentatif yang mana pilihan karir khayalannya disesuaikan dengan kesenangan, ketertarikan atau minat. Bahkan sebagian anak usia SD sudah mulai mempertimbangkan aspek kemampuan dalam menentukan pilihan karir masa depannya.
Sementara itu mereka masih terbelenggu oleh proses imitatifnya, yakni anak usia SD cenderung meniru apa yang ditampilkan orang sekitarnya yang dipandang bermakna baginya. Oleh sebab itu dalam kerangka pengembangan karirnya, kepada mereka perlu diperlihatkan figur-figur orang yang berhasil dalam bidang tertentu. Sembari itu anak usia SD perlu dibekali dengan kemampuan memahami keunggulan dan kelemahan dirinya.


2.   Perkembangan karir anak usia SD menurut Super Teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 123) disebut dengan istilah pelangi perkembangan karir sepanjang hayat. Ada dua konsep utama yang perlu dipahami dari pelangi perkembangan karir sepanjang hayat karya Super ini, yaitu peran kehidupan (roles) dan tahapan perkembangan karier (Development stages). Super (Sharf, 1992 : 122) mendeskripsikan enam peran kehidupan yaitu peran individu sebagai (1) Child, (2) Student, (3) Leisurite, (4) Citizen, (5) Worker, (6) Homemaker.
Menurut Super (Sharf, 1992 : 122), pada masa anak sebagai Child, Student, dan Leisurite merupakan peran yang sangat penting. Sedangkan pada masa remaja peran utama yang dianggap penting ialah sebagai Citizen dan Worker. Tetapi peran sebagai Worker masih terbatas, karena peran ini menjadi peran utama masa dewasa.
Dalam mengembangkan teori tentang tahapan perkembangan karir, Super (Sharf, 1992 : 124) mengemukakan lima tahapan perkembangan, yaitu tahap (1) pertumbuhan (growth), (2) eksplorasi (exploration), (3) penentuan (establiahment), (4) pemeliharaan (maintenance), dan (5) tahap penurunan (disengagement). Kelima tahapan tersebut terbagi atas sub-sub tahapan
Tahapan pertumbuhan (gowth) karir terjadi pada usia antara 0-14 tahunan. Tahap ini terdiri atas empat sub tahapan perkembangan, yaitu sub tahapan berkembangnya keingintahuan (curiosity), fantasi (fantasies), minat (interests), dan berkembangnya kemampuan (capacities) karir.
Keingintahuan anak pada usia 0-4 tahunan terhadap jenis-jenis karir merupakan awal perkembangan karir individu. Misalnya, anak yang melihat dokter sedang memeriksa pasiennya, jika ia tertarik oleh dunia kedokteran yang dilihatnya maka ia akan terdorong untuk mencari tahu tentang kedokteran. Jadi keingintahuan merupakan dorongan dasar (drive) atau kebutuhan (needs) sedangkan eksplorasi merupakan perilaku (action).
Sub tahapan fantasi terjadi pada usia 4-7 tahun di mana anak mulai mengembangkan fantasi karirnya. Misalnya, anak bermain dokter-dokteran seolah-olah ia sebagai dokter yang sebenarnya. Sub fantasi yang ketiga ditandai dengan munculnya minat anak terhadap karir tertentu, yang terjadi antara usia 7-11 tahun. Misalnya anak yang berminat menjadi pesepak bola profesional ia mulai menekuni dan menikmati aktivitas-aktivitas persepakbolaan. Tetapi pada tahap ini mereka belum mempertimbangkan faktor-faktor penghambat karir yang diminatinya itu. Sub tahapan keempat ialah berkembangnya kemampuan yang menjadi dasar terbentuknya kecakapan pada karir tertentu. Umumnya, sub tahapan ini terjadi diantara usia 11-14 tahun.
Tahap ekslorasi (eksploration) karir terjadi pada usia antara 18-15 tahunan. Tahap ini mencakup upaya-upaya individu dalam memperoleh suatu ide yang lebih baik tentang informasi pekerjaan, memilih alternatif-aternatif karir, mengambil keputusan karir, dan mulai bekerja (Super dalam Sharf, 1992 : 180)
Tahapan ini terjadi atas tiga sub tahapan, yaitu kristalisasi (crystallizing), spesifikasi (specifying), dan implementasi (implementing) karir.
Tahap penentu (establisment) karir terjadi pada usia antara 30-45 tahun. Tahap pemeliharaan (maintenance), karir terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Tahap penurunan (disengagement) karir pada umumnya terjadi dimulai usia 65 tahun keatas.


3.   Karier anak usia SD menurut teori ciri dan faktor Teori ciri dan faktor dikembangkan Frank Parson pada tahun 1909.

Dalam pandangan Parson, istilah ciri mengacu kepada suatu karakteristik individu yang dapat di ukur melalui tes. Istilah faktor mengacu pada dua hal. Pertama, mengacu kepada suatu karakteristik yang dipersyaratkan untuk berhasil dalam penampilan kerja. Kedua, mengacu kepada suatu pendekatan statistik yang digunakan untuk membedakan karakteristik penting suatu kelompok orang. Dengan demikian istilah ciri dan faktor mengacu kepada asesmen terhadap karakteristik-karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992 : 17).
Menurut teori ini anak SD telah memunculkan ciri dan faktor yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan karir. Untuk pengembangan karir pada anak usia SD, Parson (Sharf, 1992 : 18-34) mengemukakan dua langka pengambilan keputusan karir.
Pertama, perolehan pemahaman diri ialah pemahaman secara jelas tentang sikap, prestasi, kemampuan, minat, amibisi, sumber keterbatasan dan penyebab-penyebabnya, nilai-nilai, dan kepribadian. Sejak dini anak usia SD dibimbing untuk memahami kesemuanya itu. Misalnya, anak usia SD sudah mulai diajak mendiskusikan kelebihan dan kekurangan diri sendiri dilihat dari prestasi belajarnya, diajak mendiskusikan minat-minatnya, dan mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan cirri-ciri dirinya. Kedua, memperoleh pengetahuan tentang dunia kerja yang mencakup pengetahuan tentang informasi tipe lapangan kerja seperti kondisi dan upah kerja, sistem klasifikasi kerja, serta ciri dan faktor yang dipersyaratkan suatu pekerjaan. Dalam memfasilitasi perkembangan karier anak usia SD orang tua atau guru hendaknya mengenalkan semua bidang karir yang ada, terutama yang dekat dengan lingkungan anak.

C. Orientasi Karir Bagi Anak Usia SD

Orientasi karir yang dimaksud ialah readiness of individuals to make good choices, yang berarti kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat (Super dalam Sharf, 1992 : 155). Model ini didasari oleh asumsi bahwa keputusan-keputusan tentang karir terjadi pada semua rentangan kehidupan. Pada masa usia SD sekalipun anak dihadapkan pada berbagai keputusan tentang karir. Misalnya, anak dituntut mampu untuk menentukan pilihan lanjutan setelah lulus SD. Keputusan melanjutkan ke SMP atau Tsanawiyah merupakan salah satu pengambilan keputusan karir.

Menurut Super (Sharf, 1992 : 156) kesiapan individu untuk membuat keputusan karir yang tepat terakumulasi pada orientasi karir secara total. Orientasi karir ini terdiri atas tiga dimensi, yaitu:

1.  Sikap terhadap karir, mencakup perencanaan karir seperti rencana lanjutan sekolah dan eksplorasi karir seperti lebih banyak mengetahui sekolah-sekolah lanjutan yang diminati anak.
2.  Keterampilan pembuatan keputusan karir, mencakup kemampuan menggunakan pengetahuan dan kemampuan menggunakan pemikiran dalam mebuat keputusan karir.
3.   Informasi dunia kerja, mencakup informasi tentang pekerjaan tertentu dan informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya.


DAFTAR PUSTAKA

 

Budiamin, Amin. Hafidz Dedi. Daim. (2006). Perkembangan Peserta Didik, Bandung: UPI Press.http ://zhuldyn.wordpress.com/perkembangan-peserta-didik/perkembangan-karir-anak-sd/

Setiawan, Y. (2015). Mengenal Sejarag Pendidikan Kejuruan di Indonesia. 1.

 

Tirtarahardja, U. d. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

 

 

 

 

Jumat, 15 Juli 2022

Pembelajaran Pendidikan Vokasi Masa Depan



Selain mengasah keahlian dan keterampilan generasi muda untuk menjadi tenaga siap kerja, kewirausahaan juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam pendidikan vokasi. Model pembelajaran pendidikan vokasi masa depan adalah model pembelajaran berbasis hasil penelitian tentang mata pelajaran di SMK berbasis dunia usaha/industri. Pendidikan vokasi di Indonesia juga masih perlu diperkuat untuk relevansi kompetensi yang dihasilkan dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk itu, penguatan pendidikan vokasi harus menjadi fokus dan perhatian semua pihak. demikian, kompetensi lulusan yang dihasilkan SMK sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha/industri.

Tantangan pendidikan vokasi di masa depan antara lain: 

  1. pemahaman istilah vokasi/keterampilan itu sendiri yang masih belum dipahami oleh warga sekolah, sehingga ini menjadikan ekosistem pendidikan vokasi di sekolah tersebut tersendat. 
  2. level kemampuan siswa yang berbeda-beda sehingga membuat kemampuan mencerna materi juga berbeda-beda. 
  3. rasio lowongan kerja industri dan jumlah lulusan SMK yang tidak sebanding, sehingga perlu adanya pembelajaran vokasi tambahan untuk mendukungnya. 
  4. era sociaty 5.0 yang membuat warga SMK harus segera beradaptasi dengan cepat.
Selain itu upaya-upaya lain yang bisa kita lakukan adalah membangun ekosistem sekolah supaya dapat menjalankan pendidikan bermutu, yakni mengembangkan potensi anak didik (bakat, minat, karakter, moral, dan wawasan) serta keterampilan hidup mandiri dan bekerja, menciptakan unit produksi dan bisnis center di sekolah karena banyak potensi kewirausahaan yang belum tergali baik di sektor barang maupun jasa
Selama ini kurikulum, proses ajar, praktik kerja industri (prakerin), hingga penilaian masih berpusat pada satuan pendidikan vokasi. Industri masih belum dilibatkan secara optimal, yang seakan pendidikan vokasi dan industri berdiri secara sendiri-sendiri. link and match antara satuan pendidikan vokasi dan industri harus di libatkan sejak awal dari penyusunan kurikulum bersama, ahli dari industri terjun mengajar, sertifikasi kompetensi berbasis industri, kolaborasi riset, mengadakan program pelatihan keterampilan ulang (upskiling), dan peningkatan keterampilan (reskilling) agar menjadi adaptif, penyesuaian alat laboratorium, project based learning sesuai kebutuhan industri, hingga komitmen bersama dalam menyerap lulusan pendidikan vokasi.



Jumat, 08 Juli 2022

Model Pengajaran Pendidikan Vokasi

 


Model-model yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut.

  1. Model pendidikan di dunia kerja (company model) adalah pendidikan tenaga kerja yang dilakukan secara penuh di perusahaan atau biasa disebut magang;
  2. Model pendidikan di sekolah (school based) adalah pendidikan kejuruan yang dilakukan di sekolah. Seluruh sistem pelaksanaan, fasilitas, anggaran, dan pengelolaan merupakan tanggung jawab sekolah khususnya pemerintah. Model ini menempatkan industri hanya sebagai model saja;
  3. Cooperatif model atau pendidikan sistem ganda (PSG). Model pendidikan ini dilakukan secara bersama-sama antara sekolah dan dunia kerja. model ini merupakan kombinasi dari school based dan company model yang dipercaya dapat mengatasi kelemahan dari masing-masing model tersebut;
  4. Model school based enterprise atau dikenal dengan Unit Produksi (UP). Model ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di lingkungan sekolah dengan maksud memberikan pengalaman kerja nyata di sekolah sekaligus menambah penghasilan sekolah.
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional terkonsentrasikan pada sistem pembelajaran keahlian  pada kejuruan- kejuruan khusus. pendidikan vokasi diarahkan untuk dapat menghasilkan lulusan yang terampil, kompeten, berdaya saing, dan berkarakter sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Karena vokasi punya tujuan mempersiapkan lulusan yang bisa menerapkan keahlian dan keterampilan di bidangnya, makanya sistem pendidikannya lebih memberatkan praktikum.

Pembelajaran Berbasis Interaksi Sosial



Pembelajaran yang menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Karena pada dasarnya pendidikan adalah untuk mempersiapkan warga negara yang akan mengembangkan tingkah laku demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial serta meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial yang produktif.

psikomotorik adalah perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang.

Pembelajaran interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada terbentuknya hubungan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
sekolah kejuruan dapat menerapkan model pembelajaran proses informasi juga kedalam pembelajaran psikomotorik peserta didik, keduanya harus dipadu padankan.

Pembelajaran Berbasis Pemrosesan Informasi



Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model pembelajaran yang meniti beratkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal



Pembelajaran otentik menekankan pada aktivitas belajar yang berbasis dunia nyata, contohnya menerapkan ilmu yang diperoleh harus disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran otentik perlu ditekankan dunia nyata yang seperti apa yang akan dijadikan pembelajaran. guru harus bisa mengindentifikasi permasalahan yang ada di dunia nyata yang bisa dijadikan pembelajaran. kemudian menyusun sintaks (langkah) pembelajarannya. dan diakhir kegiatan jangan lupa merefleksi agar bisa dijadian acuan dalam pembelajaran selanjutnya

Pembelajaran Berbasis Sistem Perilaku





Macam-Macam Model Pembelajaran yang Perlu Diketahui
  1. Model Pembelajaran Langsung
  2. Model Pembelaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia 
  3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
  4. Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)
  5. Model Pembelajaran Kontekstual
  6. Model Pembelajaran Kooperatif

Selengkapnya dapat juga disimak di:Model Pembelajaran Sistem Perilaku





Jumat, 01 Juli 2022

Evaluasi Pembelajaran Vokasi


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.

Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik perlu dijelaskan pengertian yang terkait dengan penilaian di SMK dapat disimak di: Panduan Penilaian SMK 



Mengacu pada Lampiran permendikbud 81A Tahun 2013, strategi penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan metode dan teknik penilaian

PENYUSUNAN_INSTRUMEN_TES_DAN_NON_TES_SEBAGAI_INSTRUMEN_PENILAIAN_PEMBELAJARAN 











Senin, 27 Juni 2022

Pembelajaran Teknologi Informasi dan Blended Learning dalam Pendidikan Vokasi

 

 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini telah mempengaruhi secara nyata perkembangan cara-cara yang digunakan dalam proses pendidikan. Produk-produk hasil perkembangan teknologi informasi (TI) telah menginvasi secara langsung di hampir seluruh aspek pendidikan,  dan memunculkan pergeseran paradigma dalam penyelenggaraan proses belajar dan mengajar (Lustigova & Lustig, 2009).  Sekurangkurangnya terdapat 4 pergeseran paradigma pembelajaran saat ini, yakni (1) dari terpusat pada guru menuju terpusat pada siswa, (2) dari sekedar penyampaian pengetahuan menuju pengembangan kecerdasan multi konteks, (3) dari pengajaran berbasis tempat terbatas menuju belajar berwawasan global, lokal dan individual, dan (4) dari buku teks yang terbatas menuju  sumber-sumber belajar yang sangat beragam

Pergeseran paradigma pendidikan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan TI yang sekurang-kurangnya ditunjukkan dalam situasai-situasi seperti berikut ini:
1. Konten Multimedia 
2. Kemudahan Akses ke Konten Berkualitas 
3. Pembelajaran Fleksibel (Mobile Learning)
4. Teknik Evaluasi Diri
5. Fokus pada Pelatihan Keterampilan Praktis
6. Pendidikan Untuk Siswa Cacat 
7. Pendidikan dengan Biaya Terjangkau 

Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran pada umumnya diimplementasikan ke dalam dua jenis program aplikasi yakni aplikasi desktop dan aplikasi berbasis web. Aplikasi desktop diartikan sebagai program aplikasi komputer yang dapat berjalan secara offline (komputer tidak terhubung ke jaringan internet).  aplikasi berbasis web merupakan program komputer yang berjalan secara online, sehingga memerlukan koneksi internet yang memadahi agar program dapat  running well. Jika koneksi internet yang tersedia tidak memadai, maka program aplikasi berbasis web ini akan berjalan sangat lambat dan bahkan akan mengalami situasi hang-up, di mana program berhenti sama sekali. 

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, dewasa ini telah dikembangkan teknologi internet dengan berbagai aplikasinya. Penggunaan teknologi ini telah merambah ke hampir seluruh sektor kehidupan manusia seperti bidang perbankan, perhotelan, pelayanan travel, hiburan, berita dan berbagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, serta telah memberikan pengaruhnya yang besar pada dunia pendidikan (Bates & Poole, 2003). Internet didefinisikan sebagai jaringan global yang menghubungkan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia dengan menggunakan prosedur tertentu. Aplikasi internet dalam mendukung bidang pembelajaran dapat dipandang sebagai media, jaringan atau tools.

Selengkapnya simak juga di: Aplikasi internet dan penggunaannya

B. Pembelajaran Blended

Pembelajaran blended merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan  pembelajaran dimediasi komputer termasuk di dalamnya pembelajaran jarak jauh dan E-Learning.
Melalui pembelajaran blended juga dapat ditingkatkan aksesibilitas siswa terhadap proses pembelajaran. Penyediaan akses yang luas bagi siswa terhadap proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pembelajaran online. Pembelajaran blended menjadikan  siswa dapat memperoleh situasi-situasi yang beragam di luar kondisi lingkungan onlineyang dapat memberi peluang untuk berinteraksi  secara sosial dengan guru maupun sesama siswa. Selain itu, melalui pembelajaran blended juga dapat diperoleh fleksibilitas yang tinggi terutama dari sisi waktu pembelajaran yang digunakan. Kegiatan tatap muka yang terus menerus menyebabkan penggunaan waktu kurang fleksibel. 

Dalam penerapannya, metode blended learning ini menggabungkan beberapa elemen seperti metode tatap muka (sinkronus), pembelajaran mandiri, kolaborasi antara guru dan siswa, asesmen yang dilakukan secara terpadu, dan akses mudah pada materi-materi pelajaran.

Seperti yang disampaikan oleh Founder dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS, penerapan blended learning memiliki beberapa keunggulan, seperti memberikan pilihan kepada siswa untuk dapat mengatur jadwal belajar sendiri sesuai kemampuannya dan membebaskan sumber pelajaran untuk diambil dari mana saja.

"Kedua keunggulan ini dapat dimanfaatkan agar menjadikan kegiatan belajar tetap terasa interaktif dan memancing keinginan belajar para siswa," papar Sabda








Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini

    Implementasi bimbingan karir di sekolah dalam peningkatan pemahaman peserta didik di sekolah dasar dalam menentukan karir sejak dini...