A.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Leighbody mengungkapkan bahwa telling is not teaching, listening is
not learning, and watching is not learning, but all three may need to be used
to assist learning (Leighbody, 1968:3).Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa
mengajar bukan hanya sekedar bercerita dan belajar tidak hanya sekedar
mendengarkan dan melihat apa yang disampaikan oleh guru, namun ketiganya
diperlukan dalam belajar. Implikasi dari apa yang disampaikan olehLeighbody
tersebut adalah bahwa mengajar memerlukan suatu strategi agar interaksi antara
guru dengan peserta didiknya terjadi secara optimal. Strategi secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan (Abin Syamsudin, 1998: 220).
Wina
Sanjaya (2007:131) menyampaikan bahwa dalam menggunakan strategi pembelajaran
harus memperhatikan prinsip: a. Berorientasi pada tujuan b. Aktivitas c. Individualitas d. Integritas
Pembelajaran pada hakikatnya adalah pembentukan lingkungan agar
peserta didik dapat belajar berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka
belajar. Dengan demikian, pada peristiwa pembelajaran peserta didik sebagai
pelaku pembelajaran harus aktif, tidak hanya sebagai penerima ilmu dari guru
tetapi harus berperan sebagai pencari ilmu. Oleh karena itu, pembelajaran harus
terjadi perubahan pola pikir dari guru sebagai pusat pembelajaran (teacher
centered) menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered
learning).
Pembelajaran berbasis
kompetensi adalah pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian kompetensi.
Proses pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan asumsi bahwa peserta didik
yang akan belajar telah memiliki kompetensi awal yang dibutuhkan untuk
menguasai kompetensi tertentu. pembelajaran berbasis kompetensi harus terus
menerus dikembangkan, agar pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.
Norton (1987) menggambarkan lima elemen esensial dari pembelajaran berbasis
kompetensi yaitu (1) kompetensi yang akan dicapai harus dirumuskan dengan
cermat tentang jenis dan jenjang kompetensi dan verifikasi kompetensi sesuai
kebutuhan di tempat kerja, (2) kriteria yang akan dipakai untuk mengukur dan
kondisi pengukurannya harus dinyatakan secara eksplisit dan dibuat secara
terbuka/transparan, (3) program pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan
mampu mengembangkan individu dan evaluasi untuk masing-masing kompetensi, (4)
aktivitas penilaian kompetensi harus mampu mengukur pengetahuan, sikap, dan
kinerja aktual (actual performans), dan (5) (pembelajaran hendaknya mampu
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan yang terukur.
B.
Pembelajaran Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang untuk mengkondisikan agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati (untuk mengedintifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Bantuan guru diperlukan dalam melaksanakan proses tersebut. Akan
tetapi, bantuan guru tersebut hendaknya semakin berkurang seiring dengan
semakin dewasanya dan tingginya jenjang kelas peserta didik. Mengacu pada
Permendikbud Nomor 81ATahun 2013, proses pembelajaran untuk semua jenjang
termasuk sekolah menengah kejuruan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan saintifik
C. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang didasarkan pada penyelesaian proyek bagi peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan kategori strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction). Pembelajaran berbasis proyek memberikan tugas yang berasal dari masalah. Peserta didik dituntut melakukan pemecahan masalah secara mandiri dengan permasalahan yang autentik sehingga memungkinkan pengembangan keterampilan dan pengetahuan peserta didik.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
·
Penentuan proyek
·
Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
·
Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
·
Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru.
·
Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
D. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning/PBL)
Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang menggerakkan peserta didik belajar secara aktif memecahkan masalah yang kompleks dalam situasi realistik.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah:
·
Aktivitas didasarkan
pada pertanyaan umum
·
Belajar berpusat pada
peserta didik, Guru sebagai fasilitator
·
Peserta didik bekerja
kolaboratif
·
Belajar digerakkan oleh
konteks masalah
· Belajar interdisipliner
Tahap-tahap
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
Tahap-1 Orientasi
peserta didik kepada masalah
Tahap-2 Mengorganisasi peserta
didik untuk belajar
Tahap-3 Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
Tahap-4 Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Tahap-5 Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
E.
Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning)
Beberapa definisi
menjelaskan bahwa workbased learning sebagai semua bentuk pembelajaran melalui
tempat kerja, apakah berwujud pengalaman kerja (work experience) atau kerja
dalam bimbingan (work shadowing) dalam waktu tertentu.
Manfaat Pembelajaran Berbasis Kerja
(WorkBased Learning)
1. Bagi Peserta didik
2. Bagi dunia Industri
3. Bagi Sekolah
4. Bagi Komunitas
1. Apprenticesship,
2. Internship,
3. School Based
Enterprise,
4. Co-operatif Education,
5. Job Shadowing
F. Pembelajaran Praktik Bengkel
Pembelajaran praktik dirancang dengan
pembelajaran berbasis kompetensi (competence based learning). Pembelajaran competence based learning
adalah suatu pendekatan pelatihan dan assessment yang diarahkan pada outcomes
yang spesifik. Pendekatan ini membantu individu untuk menguasai keterampilan,
pengetahuan dan sikap sehingga mereka mampu menunjukkan hasil kerjanya pada
standar di tempat kerja dan kondisi tertentu. Kompetensi terdiri dari spesifikasi pengetahuan,
ketrampilan dan sikap serta penerapannya dalam tingkat pekerjaan industri pada
standar unjuk kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan
Pelatihan Berbasis
Kompetensi (CBT) Lebih Mengedepankan:
1. Peserta pelatihan harus
sangat aktif berlatih dan mencari bahan ajar
2. Instruktur lebih kepada
memfasilitasi
3. Pelatihan berdasarkan
standar
4. Penilaian hanya
mengumpulkan bukti bahwa hasil pelatihan sesuai dengan kriteria standar
G. Pembelajaran Praktik Laboratorium
Pembelajaran praktik laboratorium adalah sebuah pembelajaran yang berfungsi
meningkatkan pemahaman tentang suatu teori, konsep dengan melakukan percobaan
(eksperimen) di laboratorium. Dari pengertian tersebut bisa
kita simpulkan bahwa pembelajaran model ini menekankan pada praktik
laboratorium untuk eksperimen guna menyelesaikan suatu masalah.
Skenario Pembelajaran Praktikum Laboratorium
G. Pembelajaran
Teori Kejuruan
Menurut Edgar Dale, ada keterkaitan antara model pembelajaran,
tingkat memorisasi, dan tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Proses Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan:
1.
Pengalihan Ilmu (transfer of knowledge)
2.
Pencernaan Ilmu (digestion of knowledge)
3.
Pembuktian Ilmu (validation of knowledge)
4. Pengembangan Keterampilan (skill development)
Model Pembelajaran Kejuruan: Ceramah, Diskusi, Presentasi, Simulasi,
Demonstrasi, Praktik
Tingkat
memorisasi peserta didik bisa mencapai 10% - 90% dengan menggunakan model
pembelajaran membaca, mendengarkan, memperhatikan, sampai dengan praktik (doing
the real things). Kadar keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
mulai dari pasif sampai dengan aktif.
H. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian adalah bagian dari cara untuk membuat orang belajar,
sehingga penilaian harus mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik dan
bagi guru agar ia mengajar yang lebih baik (Djemari Mardapi, 2007: 6).
Penilaian dan pembelajaran adalah proses yang saling mempengaruhi. Hasil
penilaian dapat mengungkapkan keberhasilan proses pembelajaran, artinya proses
pembelajaran akan menentukan keberhasilan penilaian. Sistem penilaian harus
dapat mendorong pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih baik.
Pada dasarnya penilaian berbasis kompetensi dalam pendidikan
kejuruan mempunyai dua elemen dasar, yaitu pengumpulan bukti kemampuan setiap
peserta didik dan menggunakan bukti itu untuk membuat keputusan tentang apakah
peserta didik tersebut telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya, atau
seperti yang tertuang dalam kurikulum yang digunakan. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh Halliday (2012: 15) bahwa: “Assessment in vocational education
and training has two basic elements the collection of evidence of each
learner’s achievements, and the use of that evidence to make judgments about
whether learners have met the competency standards as specified in the relevant national training package or modules
and course curricula from state or provider accredited courses”.
Pembelajaran pada bidang kejuruan mengacu pada pembelajaran
berbasis kompetensi, oleh karena itu penilaian terhadap pencapaian hasil
belajar sudah selayaknya mengacu pada penilaian berbasis kompetensi. Terdapat
beberapa karakteristik penilaian berbasis kompetensi yang harus diperhatikan
dalam mengimplementasikan penilaian berbasis kompetensi, karakteristik-karakteristik
tersebut yaitu: Belajar Tuntas, otentik, berkesinambungan, Berdasarkan Acuan
Kriteria, Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi,
Simak juga di: Konsep dan strategi penilaian hasil pembelajaran